Sabtu, 12 Februari 2011

sistem perekonomian indonesia

NAMA : NUR ARIFAH
KELAS :1EB11
NPM : 28210906
LIBERALISASI
BUKAN BERARTI KEMAKMURAN BERSAMA
 
Derasnya dorongan globalisasi dan modernisasi telah membawa sekian jauh masyarakat Indonesia untuk berkecimpung dan bersusah payah mengikuti perkembangannya. Perspektif sejarah eksistensi global dan modern mempunyai tujuan dan mendesakkan pada satu tipe paradigma sosial baik dalam wilayah ekonomi, politik, hukum maupun sistem-sistem sosial lain. Paradigma-paradigma tersebut nota bene telah berkembang dan menjadi budaya di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara Eropa Barat.
Arus globalisasi dan modernisasi telah sedemikian kuat membentuk satu paradigma bagi masyarakat dunia. Contoh paling sedehana adalah manusia modern mendefinisikan dirinya sebagai masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan konstelasi dunia dan cara berfikir dunia. Eksistensi modernisasi menyebabkan terjadinya perubahan besar utamanya perubahan pada tingkatan lembaga-lembaga publik dan termasuk didalamnya sistem nilai, sikap dan pola prilaku masyarakat.

Globalisasi dan modernisasi dalam konstelasi lokalitas Indonesia harus disikapi dengan kehati-hatian. Bangsa Indonesia merupakan negara berkembang dan berada dalam transisi menuju Indonesia baru dan bermartabat yang dalam banyak hal mengalami kekurangan dan masih melakukan pembenahan diberbagai tempat. Eksistensi bangsa Indonesia sebagai negara berkembang harus disadari betul karena sangat mudah terjatuh pada arus imprealisme baru. Ironi yang terjadi adalah bangsa Indonesia tergadaikan kepada negara-negara maju yang berakibat banyak peraturan dan kebijakan yang menguntungkan negara-negara maju.

Disadari atau tidak globalisasi dan modernisasi tidak lain merupakan imperialisme global dan telah mengubah tatanan sosial masyarakat. Globalisasi berhasil mendesakkan mendunianya sesuatu yang berupa kapital, moral, ilmu, sains dan teknologi yang nota bene dikuasai oleh para komplotan negara-negara maju Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya.

Effek yang paling jelas saat ini adalah terjadinya krisis moral yang diakibatkan oleh globalisasi. Moral religius sedikit demi sedikit dikikis oleh gelombang kapital global yang melanda kehidupan manusia sedunia. Manusia dalam kondisi global saat ini dibentuk menjadi homo homini lupus (manusia sebagai srigala) dan homo economicus (manusia ekonomi). Manusia dewasa ini seperti srigala yang memangsa terhadap manusia yang lainnya karena ukuran kemanusiaan terhadap manusia yang lain tidak lain dari sekedar dari tujuan ekonomi dan materi belaka.

Nilai yang kita agungkan dari prinsip persaudaraan, solidaritas, kesetiakawanan dan kebersamaan telah berubah menjadi nilai yang berorentasi materi dan ekonomi belaka.Semuanya sudah dihitung untung rugi. Konsep perhitungan untung rugi (Benefit cost ratio) merupakan supra struktur dan infra struktur sistem ekonomi neo yang nota bene berlawanan dengan sistem ekonomi kerakyatan yang dimiliki bangsa Indonesia. Konsep yang demikian merupakan sistem tatananliberal. Liberalisme merupakan sebuah konsep yang berwajah multi dimensi. Selain memiliki wajah geo politik ia juga memiliki wajah ekonomi dan budaya.
Pada awalnya, gagasan liberalisme sepintas masuk akal dan baik, sebab pada intinya merupakan pengembangan kebebasan individu untuk bersaing secara bebas sempurna di pasar, pengakuan kepemilikan pribadi sebagai faktor-faktor produksi serta penertiban harga pasar yang dilakukan oleh negara melalui perundang-undangan. Namun, seiring dengan munculnya IMF dan World Bank (lembaga alat negara maju), gagasan tersebut menjadi media yang ampuh melakukan imperealisasi terhadap negara-negara berkembang. 

Bagaimana dengan Indonesia? Bangsa ini telah melaksanakan agenda-agenda liberal sejak pertengahan tahun 1980-an yang nota bene melalui kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, namun momentum Derasnya dorongan globalisasi dan modernisasi telah membawa sekian jauh masyarakat Indonesia untuk berkecimpung dan bersusah payah mengikuti perkembangannya. Perspektif sejarah eksistensi global dan modern mempunyai tujuan dan mendesakkan pada satu tipe paradigma sosial baik dalam wilayah ekonomi, politik, hukum maupun sistem-sistem sosial lain. Paradigma-paradigma tersebut nota bene telah berkembang dan menjadi budaya di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara Eropa Barat.

Arus globalisasi dan modernisasi telah sedemikian kuat membentuk satu paradigma bagi masyarakat dunia. Contoh paling sedehana adalah manusia modern mendefinisikan dirinya sebagai masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan konstelasi dunia dan cara berfikir dunia. Eksistensi modernisasi menyebabkan terjadinya perubahan besar utamanya perubahan pada tingkatan lembaga-lembaga publik dan termasuk didalamnya sistem nilai, sikap dan pola prilaku masyarakat.

Globalisasi dan modernisasi dalam konstelasi lokalitas Indonesia harus disikapi dengan kehati-hatian. Bangsa Indonesia merupakan negara berkembang dan berada dalam transisi menuju Indonesia baru dan bermartabat yang dalam banyak hal mengalami kekurangan dan masih melakukan pembenahan diberbagai tempat. Eksistensi bangsa Indonesia sebagai negara berkembang harus disadari betul karena sangat mudah terjatuh pada arus imprealisme baru. Ironi yang terjadi adalah bangsa Indonesia tergadaikan kepada negara-negara maju yang berakibat banyak peraturan dan kebijakan yang menguntungkan negara-negara maju.

DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN DI INDONESIA

1. MENGURAS SDA
Liberalisasi bukanlah formasi ekonomi yang bersahabat dengan kesejahteraan Negara miskin.Liberalisasi modal memudahkan aliran modal asing untuk mengeksploitasi SDA dipedalaman.Masyarakat terasing hanya memperoleh imbas negative dari proyek eksploitasi itu.Contoh paling dramastis adalah ketersisihan suku Amugme yang habitatnya diaduk aduk PT Freeport untuk mencari tembaga,perak ,dan emas.Gerakan – gerakan radikal di pedalaman Irian Jaya – yang mnamakn diri OPM(organisasi papua merdeka)salah satunya dilandasi motif eksploitasi SDA ini.

2. MERUGIKAN PRODUKSI PETANI DOMESTIK
Perspektif ketahanan pangan dalam era liberalisasi perdagangan dicirikan oleh kecenderungan semakin meningkatnya pasok pangan dari pasar impor. Guna menghindari kinerja ketahanan pangan nasional yang semakin buruk diperlukan serangkaian kebijakan yang tetap mendukung prioritas pemenuhan kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, pengaturan perdagangan pangan yang tidak merugikan petani produsen dengan bias konsumen, serta ketegasan penerapan sanksi hukum untuk melindungi pasar pangan domestik dan kepentingan pelaku perdagangan, terutama petani produsen.Sehingga pendapatan petani menjadi berkurang karena pasok impor yg meningkat.

3. IMPOR LEBIH MENINGKAT DIBANDINGKAN EKSPOR
Laju pertumbuhan impor lebih cepat daripada ekspor dilihat dari koefisien error correction term impor .Dengan cepatnya penyesuaian yang dilakukan oleh impor dibanding ekspor maka kendala ekspor Indonesia berada pada sisi penawaran (supply side). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendapatan luar negeri dan domestik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor dan impor. Harga relatif yang mencerminkan daya saing memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekspor dan impor sehingga terbukanya akses pasar global dengan adanya liberalisasi mengimplikasikan bahwa daya saing perlu terus ditingkatkan.

SARAN KEBIJAKAN UNTUK MASALAH LIBERALISASI 

1. Kebijakan menjadi faktor yang penting dalam perkembangan ekspor dan impor. Oleh sebab itu, dalam merumuskan suatu kebijakan liberalisasi perlu diadakan perencanaan yang koordinasi bersama antara pihak-pihak terkait. Pemerintah harus bersinergi dengan kalangan bisnis supaya kebijakan yang dihasilkan benar-benar tepat sasaran.
2. Bea masuk yang berpengaruh terhadap impor mengindikasikan bahwa hambatan perdagangan berupa tarif maupun non-tarif perlu dihapuskan secara bertahap. Khusus bagi Indonesia, hambatan untuk menembus pasar ekspor di luar negeri bukan pada tarif rata-rata sebab tarif rata-rata di seluruh dunia sudah mengalami penurunan signifikan. Permasalahan timbul pada tarif eskalasi dan hambatan non-tarif. Akhir-akhir ini perdagangan dikaitkan dengan isu lingkungan. Hal-hal seperti demikian perlu dijadikan diperhatikan agar kinerja ekspor kita dapat tetap berjalan dengan baik.
3. Perlu adanya penguatan di sektor perbankan khususnya mekanisme pembiayaan untuk para eksportir dan importir. Sektor perbankan sangat penting perannya karena perbankan yang menghubungkan antara sektor riil dengan sektor keuangan.
4. Insentif kebijakan kepada eksportir juga perlu diterapkan dengan benar. Jadi, walaupun sudah ada perangkat kebijakan, pelaksanaannya juga perlu ditingkatkan lagi.
5. Insentif kebijakan kepada eksportir juga perlu diterapkan dengan benar. Jadi, walaupun sudah ada perangkat kebijakan, pelaksanaannya juga perlu ditingkatkan lagi.

SUMBER :Gatoet S. Hardono
Handewi P.S. Rachman
Sri H. Suhartini
Indra Ismawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar