Jumat, 11 Maret 2011

ekonomi indonesia


BENARKAH  HARGA  BBM   AKAN  NAIK ??
Masyarakat Indonesia saat2 ini mulai resah dengan issue kenaikan harga BBM khususnya harga bensin.Dimana ada issue kalau BBM akan dinaikkan menjadi 7500 per liter. Tapi kalau secara logika bila bensin sama sekali tidak bersubsidi pemerintah,bisa dimungkinkan kalau harga bensin bisa berkisaran 6000 sampai 7500 per liternya. Akan tetapi, apakah mungkin bensin sama sekali tidak disubsidi sedikitpun oleh pemerintah???
Kita lihat dari PT Pertamina (Persero) menaikkan produk bensin non bersubsidi, seperti Pertamax, Pertamax Plus, Bio Pertamax, dan Pertamina Dex. Akan memacu keresahan masyarakat akan issue2 tersebut. Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra berkata, “perubahan harga ini menyesuaikan kenaikan harga MOPS antara 7,3% sampai dengan 9,5% dan menguatnya exchange rate Rupiah terhadap dollar US sebesar 1,34% dari periode sebelumnya”.Harga Pertamax di Jakarta, naik dari Rp 6.300 menjadi Rp 6.500 per liter. Harga yang sama berlaku juga untuk Bio Pertamax. Adapun harga Pertamax Plus di Jakarta naik dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.000 per liter. Harga Pertamina Dex di Jakarta naik dari Rp 7.100 menjadi Rp 7.200 per liter.
YA alangkah lebih baiknya kita semua berdoa agar issue2 tersebut tidaka akan terealisasikan. Karena dampak dari perubahan bahan bakar bensin akan berdampak bagi semua kebutuhan hidup masyarakat,khususnya kebutuhan sandang dan pangan.
Sesuai dengan Peraturan Presiden, harga jual eceran untuk Jenis BBM Tertentu jenis Bensin Premium adalah Rp 6.000/liter. Harga jual eceran tersebut, untuk saat ini masih berada dibawah harga patokannya sehingga beban subsidi yang ditanggung Pemerintah cukup besar. Terlebih lagi dengan semakin meningkatnya harga minyak dunia.Jika dilihat dari jumlah volumenya maupun besaran subsidinya secara total, maka Bensin Premium merupakan jenis Bahan Bakar yang paling besar dibandingkan dengan dua jenis BBM yang lain. Karena hal itu sangat dibutuhkan sebuah kebijakan Pemerintah terhadap penetapan
harga Bensin Premium dengan memperhatikan kemampuan keuangan negra namun tetap memperhatikan daya beli masyarakat.
Dalam penetapan harga BBM jenis Bensin Premium dilakukan perhitungan dari segi harga patokannya maupun harga jual ecerannya. Untuk harga patokan dilakukan perhitungan berdasarkan least costnya maupun market pricenya. Sedangkan harga jual eceran dihitung dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat dan pengaruhnya terhadap indikator-ndikator ekonomi. Dan yang paling mendasar adalah penetapan kedua jenis harga tersebut harus melihat pengaruhnya terhadap keuangan negara Dari hasil perhitungan didapat besarnya harga patokan akan sangat bergantung kepada tingkat harga minyak dunia
karena harga minyak mentah merupakan komponen terbesar dalam struktur harga patokan. Harga patokan yang dihitung berdasarkan least cost menghasilkan jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan market price sehingga mengasilkan jumlah subsidi yang lebih sedikit pula sehingga lebih menguntungkan negara. Penyesuaian harga jual eceran menuju tingkat yang sesuai dengan keekonomiannya diperlukan untuk mengurangi beban keuangan negara (subsidi).\

BAGAIMANA  DENGAN  PEMERINTAH??

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa pemerintah belum mengambil keputusan mengenai rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) premium bersubsidi terkait rencana pembatasan penggunaan bahan bakar untuk kendaraan roda dua.
"Tidak ada rencana menaikkan harga BBM. Belum diputuskan apa-apa, masih perlu pengkajian," kata Hatta Rajasa usai menghadiri "Peringatan Hari Kelahiran Pancasila" di Gedung MPR/DPR di Jakarta, Selasa.
Hata menjelaskan, dalam setiap keputusan menaikkan BBM, pemerintah tentu harus memperhatikan berbagai aspek.
"Setiap kebijakan itu tentu ada dampak positif, negatif. Yang negatif harus kita eliminir sekecil mungkin," tegas Hatta.
Diketahui, Pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana membatasi penggunaan BBM bersubsidi (premium) untuk kendaraan roda dua.
Pembatasan itu akan dilakukan secara bertahap di Pulau Jawa per Agustus 2010.
Terkait hal itu, sejumlah kalangan mengkhawatirkan bahwa Pemerintah akan menaikkan harga BBM.
Hatta menuturkan, terkait pembatasan pembelian BBM bersubsidi, saat ini masih dalam tahap kajian dan belum diputuskan.
"Prinsipnya, meski negara wajib memberikan subsidi, tapi tidak berkewajiban memberikan subsidi bagi yang mampu," ujar Hatta.
Kita tidak ingin pola subsidi yang kita berikan terdistorsi. Itu yang sedang kita rumuskan beberapa alternatif yang dikembangkan Kementerian ESDM.
Beberapa alternatif yang dikembangkan ESDM ada yang pola pemberian kartu, kendaraan mewah.
Dari hasil pengkajian yang terbaik akan dilakukan sosialisasi terlebih dahulu.
"Kita harus hati-hati juga. Memang kita tidak ingin mengurangi beban subsidi yang jatuh ke tangan yang tidak berhak," tegas Hatta.

 SOLUSI PENGGANTI PREMIUM

 v  Peneliti Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Minto Supeno, berhasil menciptakan campuran air dan bioethanol sebagai bahan bakar pengganti (substitusi) bensin dan pertamax untuk sepeda motor. Hasil penelitian selama sembilan bulan lebih ini diklaimnya sebagai yang pertama di Indonesia.
Minto bahkan optimis bisa menjadikan air murni sebagai bahan bakar. "Dalam jangka waktu setahun ke depan, saya optimis bisa menjadikan air sebagai bahan bakar, tanpa campuran bioethanol lagi. Hanya tinggal mengembangkan penelitian," katanya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU, Kampus Padang Bulan, Medan, Selasa (16/6).
Peneliti Utama dari Kimia Anorganik FMIPA USU ini menerangkan, temuannya berupa campuran air dan bioethanol sebagai bahan bakar pengganti bensin ini sudah dimulai sejak 1992 ketika menjadi dosen pembimbing.

Temuannya itu juga sudah diujicobakan pada sepeda motornya sejak awal Mei lalu. Sampai sekarang yang berarti sudah berjalan lebih dari sebulan, sepeda motornya mampu melaju kencang dan sejajar dengan bensin atau pertamax.Harganya hanya 4000/lite
v  Menurut Prabowo yang juga mantan Panglima Kostrad itu sudah saatnya Indonesia mengembangkan minyak jarak sebagai bahan bakar alternatif apalagi sejumlah negara seperti Thailand juga telah melakukan hal serupa.
Dikatakannya, minyak bakar berbahan baku tanaman jarak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar bagi mesin-mesin penggilingan beras, di mana potensi permintaannya sangat besar di Indonesia.

“Saat ini jika jumlah mesin penggilingan beras di tanah air diperkirakan 130 ribu unit maka permintaan minyak jarak begitu besar,” katanya.
Sementara itu peneliti dari fakultas teknik Kimia ITB, Robert Manurung mengungkapkan pengembangan tanaman jarak sebagai bahan baku pembuatan minyak selain mampu sebagai penyedia energi alternatif juga peningkatan pendapatan petani dan menambah lapangan kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar