Sabtu, 26 Mei 2012

utang oh utang


UTANG LUAR NEGRI  INDONESIA
SEMAKIN  MENINGGI


Selama lima tahun terakhir ini, utang luar negeri Pemerintah Indonesia meningkat tajam. Data Bank Indonesia tahun 2012 menyatakan, jika tahun 2006 total utang luar negeri Indonesia sebesar 132,63 miliar dollar AS, pada 2011 utang luar negeri Indonesia telah membengkak menjadi 221,60 miliar dollar AS.

Oleh sebab itu, rakyat harus mewaspadai perkembangan utang luar negeri tersebut. Demikian diungkapkan anggota Komisi XI DPR, Arief Budimanta, Minggu (20/5/2012) siang itu, di Jakarta.

"Kita harus mewaspadai pertumbuhan utang luar negeri yang meningkat pesat lima tahun terakhir ini. Pemerintah, mau tidak mau, harus melakukan transformasi kebijakan utang dari yang hanya berbasiskan jasa keuangan atau utang untuk menutup defisit atau utang untuk utang ke arah peningkatan produktivitas ekonomi riil masyarakat di masa datang," tutur Arief.

Menurut anggota Fraksi PDI-P yang memimpin Megawati Institute itu, utang luar negeri Indonesia tahun 2011 didominasi oleh utang luar negeri pemerintah dan bank sentral yang berjumlah 119,56 miliar dollar AS, dibandingkan dengan utang swasta yang berjumlah 102,04 miliar dollar AS.

"Besarnya jumlah utang Indonesia ternyata tidak menunjukkan korelasi signifikan terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi yang indikatornya ditunjukkan oleh perbaikan kualitas pelayanan dasar kepada masyarakat," kata Arief.

Ia mencontohkan infrastruktur energi dan transportasi, pendidikan, serta kesehatan yang masih minim dan terbatas. "Posisi indeks pembangunan manusia Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Begitu juga dengan daya saing dan kemudahan melakukan usaha atau doing business, itu juga masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut," ungkapnya.

Diungkapkan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Armida Alisjahbana di Istana Negara Jakarta. Armida mengatakan Presiden memberikan arahan agar para menteri untuk mengurangi utang luar negeri dan menggencarkan pelunasan hutang. "Arahan Presiden adalah betul-betul pinjaman luar negeri harus dikurangi, gambaran besarnya seperti itu. Jadi yang namanya pinjaman harus dikurangi,"

Menurut Armida, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta persentase utang pemerintah terhadap PDB pada 2014 harus ditekan menjadi paling besar 22%. Presiden juga meminta dengan tegas agar tiap tahun jumlah utang yang dibayar harus lebih besar dari jumlah utang yang ditarik oleh pemerintah.

SOLUSI  MENGURANGI  UTANG LUAR NEGRI :
Pertama, Debt swap.  Solusi yang paling sederhana mengatasi utang luar negeri adalah dengan mengoptimalkan restrukturisasi utang, khususnya melalui skema debt swap, di mana sebagian utang luar negeri tersebut dikonversi dalam bentuk progran yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya. Program debt swap seperti ini sudah dijalankan dengan pemerintah Jerman, sebesar DM50 juta (Rp250 miliar) dari total utang sebesar DM178 juta, yang dikonversi dalam bentuk proyek pendidikan.

Kedua. Diplomasi ekonomi.  Menurut Rachbini. 1994,  masalah utang LN tidak bisa lagi diselesaikan dengan terapi fiskal dan teknis ekonomi belaka.  Potensi internal ekonomi kita tidak cukup kuat untuk melayani utang luar negeri yang salah dalam pengelolaannya.  Kita tidak bisa secara terus-menerus menjadi "good boy" dengan melayani seluruh cicilan tersebut karena sumber ekonomi dalam negeri akan terus terkuras dan mengganggu kestabilan ekonomi serta politik.  
 Suatu pendekatan diplomasi ekonomi politik harus terus menerus dijadikan program aksi (action program) untuk menghadapi lembaga dan negara donor.  Diplomasi ekonomi juga penting dilembagakan dengan sasaran untuk memperoleh keringanan dan penghapusan sebagian hutang sehingga proses pengurasan sumberdaya dapat dihambat.

Ketiga.  Adalah cara yang lebih berani seperti yang ditawarkan oleh mantan kepala BAPPENAS Kwik Kian Gie, dalam hal utang luar negeri, harus ada keberanian untuk menggugat dan tidak membayar sesuai jadwal karena pada kenyataanya Indonesia tidak dapat membayar kembali utang dan bunga yang jatuh tempo.  Hutang tersebut hanya bisa dibayar dengan cara melikuidasi kekayaan negara.  Dalam hal utang dalam negeri, supaya menarik kembali OR yang masih dalam penguasaan pemerintah melalui bank-bank yang masih milik pemerintah.  

Keempat.  Adalah cara yang datang dari potensi internal pemerintah sendiri yaitu dengan menjaga kinerja makro-ekonomi dalam posisi yang stabil dan menstop hutang baru.  Untuk tawaran terakhir ini, paling tidak terdapat tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi agar kita dapat keluar dari debt trap.  

Kedepan, untuk mengantisipasi jeratan utang yang sangat membebani bangsa dan negara ini, maka pemerintah harus mempunyai kemauan politik dan itikad baik untuk mengakhiri semua hasrat berhutangnya, dan menolak secara tegas pengaruh dan tekanan dari pihak negara mana pun yang berkepentingan menjerat negara ini dengan utang yang sebesar mungkin. 

PUSTAKA ;
http://bisaniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/20/11464085/Utang.Luar.Negeri.Meningkat.Tajam.
http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/09/17/65027/Utang-Luar-Negeri-Bertambah-Rp-56.79-Triliun/2
http://keluargaemhaj.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar